Lilypie 1st Birthday Ticker
Sunday, September 28, 2003
Let's Do Something Worth for The Earth

Pada hari pertama, diciptakan seekor sapi. Si Pencipta berkata kepada sapi itu, "Sapi, hari ini Aku menciptakan kamu sebagaimana adanya kamu ! Kamu harus bekerja di ladang dengan petani sepanjang hari. Kamu harus menguras tenaga untuk membajak sawahnya. Di samping itu kamu juga harus menyediakan susu untuk diminum. Kamu akan bekerja sepanjang hari di bawah terik matahari ! Sebaliknya, kamu hanya bisa makan rumput !! Aku akan memberi waktu untuk hidup selama 50 tahun."

Sapi protes. "Waduh?! Saya bekerja begitu keras dan hanya bisa makan rumput saja ?! Dan hidup selama 50 tahun ?! Bolehkan saya hanya hidup 20 tahun saja ?? Dan 30 tahun saya berikan kepadamu, ok ? Moo ..... Moo." akhirnya, Pencipta setuju.

Pada hari kedua, diciptakan seekor anjing. Si Pencipta berkata kepada anjing itu, "Ajing, Kuciptakan kamu seperti apa adanya kamu, kamu harus duduk sepanjang hari di depan pintu rumahmu ! Semua orang yang datang ke rumahmu, kamu harus menggonggong menyambut mereka !! Sementara kamu akan makan sisa sisa makanan tuanmu, dan kamu akan hidup selama 20 tahun !"

Ajing protes. "Waduh?! Sepanjang hari duduk di depan pintu ?! Harus menggonggong orang ?! Jangan dong ... 10 tahun hidup, saya mau. Dan 10 tahun lainnya saya berikan kepadamu !?" Si Pencipta setuju.

Pada hari ketiga, diciptakan monyet. Ia berkata kepada monyet itu, "Monyet, pekerjaanmu sebagai monyet adalah menghibur orang. Kamu harus membuat mereka tertawa dengan gaya dan mimik mukamu. Kamu juga harus bisa melakukan salto supaya mereka terkagum-kagum kepadamu. Sementara itu, kamu hanya makan pisang, dan Aku akan memberimu hidup 20 tahun.

Monyet protes. "Waduh ?! Membuat mereka tertawa?! Melakukan atraksi dengan gaya dan muka lucu ?! Apalagi, harus bisa salto ? Itu tidak gampang ! Berikan saya 10 tahun dan 10 tahun lainnya saya berikan kepadamu. Pencipta pun setuju dengan tawaran Monyet.

Pada hari yang keempat, diciptakan manusia dan berkata kepadanya, "Kamu! Manusia, kerjamu adalah tidur, makan, tidur, main, makan, tidur, main dan tidak bekerja apa pun sepanjang hari. Kamu akan makan apa saja yang ada di dunia ini dan bermain apa saja yang kamu senangi dalam hidupmu. Semua yang kamu perlukan hanya menikmati, menikmati, menikmati dan tidak bekerja apa pun. Itulah hidupmu. Dan aku berikan 20 tahun untuk kamu.

Maunusia protes. "Yaah ?! Betapa enaknya hidup seperti itu ! Makan, main, tidur, tidak bekerja, menikmati apa saja dan Engkau memberikan waktu untuk Hidup 20 tahun ?! Jangan dong ...! Ok ! Bagaimana kalau kita buat kesepakatan? Karena si Sapi mengembalikan 30 tahun, Ajing mengembalikan 10 tahun dan Monyet mengembalikan 10 tahun, biar saya saja yang mengambil waktu hidup mereka itu ?! Jadi, waktu hidup saya selama 70 tahun, kan?" Pencipta pun setuju dengan tawaran si Manusia.

Akhirnya, itulah sebabnya di 20 tahun pertama, kita hanya makan, tidur, main dan menikmati apa saja dan tidak bekerja. Kemudian selama 30 tahun kita bekerja sepanjang hari, bekerja keras dan harus menanggung keluarga. Setelah itu, 10 tahun kemudian kita menjadi tua, capek dan tinggal di rumah, duduk di depan pintu rumah dan menyambut tamu yang datang. Dan 10 tahun terakhir, kita hanya bisa menghibur cucu - cucu kita dengan gaya dan wajah lucu.

REFLEKSI
Di saat weekend ada baiknya Anda merenungkan kembali kehidupan
Anda. Sudahkah Anda mewarnai hidup Anda dengan sesuatu yang berbeda dan
bermanfaat tidak hanya bagi diri Anda sendiri? Ataukah Anda menjalani kehidupan
ini rutin, apa adanya? Bukankah ada banyak hal (potensi, bakat,
ketrampilan) yang Anda miliki, dan terlalu sayang kalau Anda biarkan "nganggur"?

Let's do something worth for the earth!
Selamat pagi, dan selamat bekerja

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)
 
posted by nyi2 at 9:57 PM | Permalink | 0 comments
Thursday, September 25, 2003
Asal Mula Pondok Gede
Pada tahun 1775 seorang Belanda bernama Hooyman membangun sebuah gedung dengan selera campur aduk antar gaya Eropa dengan corak Jawa. Dituturkan oleh penulis Belanda bahwa interiornya dibuat dengan selera tinggi, kusen pintu dan jendela diberi ukiran indah serta langit-langit dan dindingnya diperelok denga pigura artifisial. Karena rumah ini besar, sekalipun pemiliknya merendah dengan menyebut Pondok, tetapi masyarakat setempat memanggil langoed tersebut sebagai Pondok Gede. Keberadaan Hooyman tidak banyak diceritakan dalam sejarah Pondok Gede.

Seperempat abad kemudian kepemilikan langoed Pondok Gede ini jatuh ke tangan Lendeert Miero. Dan ini orang yang aneh alias kontroversial.

Toean tanah Lendeert Miero alias Juda Leo Ezekiel adalah orang Yahudi asal Polandia yang ikut mencari nafkah di Betawi. Ia datang ke Betawi dalam keadan lontang-lantung, dan bisa bangkit menjadi Tuan Tanah kaya raya. Selain langoed Pondog Gede ia juga memiliki sebuah rumah mewah yang sampai sekarang (2003) masih bisa disaksiken kehebatannya. Gedung Arsip Nasional di terletak jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

Setelah hidup sukses, kerjanya sehari-hari hanya bersenang-senang dan berpesta. Maklum kalau menurut pitutur Robert "Rich Dad Poor Dad" uang sudah bekerja untuknya. Salah satu kesenangan Lendeert adalah mengundang ratusan tamu bukan untuk merayakan hari ulang tahunnya melainkan hari kepedihannya.

Lho kok kepedihan?

Rupanya di masa mudanya ia pernah menjalani hidup susa(h) ia pernah jadi opas jaga atau centeng. Suatu hari ia terlanggar apes, kedapatan menggeros (tidur nyenyak) waktu jam kerja sehingga mendapat hukuman sebanyak 50 kali sabetan rotan dipantatnya. Cambukan ini dianggap pemicu untuk segera lepas landas dari kemiskinan.

Ia berhasil...

Sekalipun memiliki rumah di Betawi, tetapi ia sering mengunjungi istananya di Pondok Gede. Orang setempat menyebutnya pondok yang gede sehingga kawasan itu terkenal dengan nama Pondok Gede. Lendeert meninggal dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di samping rumahnya di Pondok Gede. Tetapi makam itu dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannyapun dicongkel untuk umpak-umpak rumah. Kalau soal merusak kita bisa diunggulkan.

Rumahnya yang gede, pada 1992 dirobohkan untuk dijadikan Toserba.

Banyak pihak yang menyayangkan pembongkaran tersebut, tetapi siapa perduli dengan sejarah. Jadi kalau ada yang bertanya, kenapa namanya Pondok Gede padahal pondoknya tidak ada.

Itulah jawabannya
 
posted by nyi2 at 2:14 PM | Permalink |
Tuesday, September 16, 2003
FOR EVEN AS LOVE CROWNS YOU SHALL , HE CRUCIFY YOU (Kahlil Gibran-The Prophet)

Dia berbaring seorang diri di dalam kamarnya yang luas. Dari seperangkat hifi yang terletak di samping ranjangnya, mengalun nyanyian lembut F4 dengan Te-Amo-nya. Di luar salju melayang-layang ke bumi bagaikan kembang-kembang putih yang menyebarkan suasana dingin di hatinya. Tubuhnya meringkuk dalam selimut tebal. Tetesan air mata mengalir di pipinya yang halus. Wajahnya yang cantik tak mampu menyembunyikan kepedihan yang tersembunyi dalam jiwanya. Musik. Udara dingin. Kesedihan. Rindu. Tiba-tiba dia ingin berseru dengan keras: "Aku kesepian, sayangku. Aku kesepian!" Dia terisak-isak. "Mengapa kau tidak lagi memahami diriku? Mengapa kau meninggalkan aku dalam lara? Apa lagi yang harus kulakukan agar kau dapat mengerti keadaanku ini? Sungguh, aku mencintaimu tetapi mengapa kau pergi.....?"

Masa lalu yang indah kini membayang dalam selimut kabut. Dia, seorang dara manis, kini larut dalam sepi dan rindu setelah ditinggalkan kekasihnya. Tak ada yang mampu menghiburnya. Tak ada yang mampu membuatnya memahami hidup. Saat kepedihan oleh rasa sesal dan marah menggusur seluruh pemikirannya. Tidak. Tak ada lagi yang dapat dilakukannya kecuali berdiam diri sambil menyesali dan merasa gusar atas segala ketidak-adilan yang menimpanya saat ini. "Apakah salahku?" bisiknya pelan. "Ya, apakah yang telah kulakukan hingga kau meninggalkan aku?"

"Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia menyalibmu" tulis Kahlil Gibran dalam bukunya yang indah, Sang Nabi. Cinta. Bukankah segenap apa yang kita jalani dalam hidup ini mengandung elemen cinta? Keindahan persahabatan. Kelembutan keluarga. Kebencian terhadap lawan. Duka lara kehidupan. Cinta dapat mengarah ke luar maupun ke dalam diri kita sendiri. Kita ingin mencintai. Kita ingin dicintai. Dan reaksi diri kita tergantung pada seberapa besar sikap ingin mencintai dan dicintai itu dominan dalam sikap kita. Masing-masing mempunyai sisi yang berbeda.

Jika sikap ingin mencintai yang lebih dominan maka kita dapat bersikap pasrah terhadap perbuatan orang-orang yang kita cintai. Kita lebih toleran dan memaklumi keadaan orang lain. Sebaliknya jika sikap ingin dicintai yang dominan, maka setiap perbuatan orang lain yang mengusik diri kita akan menjadi malapetaka bagi kita sendiri. Kita mudah merasa tersisih, merasa kesepian serta gusar atas tindakan orang lain yang tidak lagi mencintai diri kita. Kita ingin terus menikmati cinta yang diberikan kepada kita tanpa menyadari bahwa cinta itu kadang semu belaka. Dan apa gunanya sesuatu yang semu?

Tetapi ada waktunya untuk belajar mencintai. Ada pula waktunya untuk menerima cinta. Hidup tidak mesti dipatok pada ukuran tetap. Memang jika kita menerima cinta, selayaknya pula kita memberi cinta. Tetapi kemudian, segala resiko darinya harus dapat dipertanggung-jawabkan bersama. Karena itu, perasaan duka, sesal dan marah atas kegagalan kita dalam memberi dan menerima cinta, janganlah membuat kita menjadi putus asa. Percayalah bahwa hidup tidak akan menjadi basi hanya karena kegagalan itu. Masih banyak, banyak orang yang dapat kita berikan cinta. Dan masih banyak pula orang yang akan mencintai kita. Jadi mengapa harus berduka berkepanjangan?

Dengan perlahan dia sibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju jendela kamarnya. Diapun membuka lebar daun jendela dan membiarkan udara dingin yang segar memasuki dadanya. Di luar, di sudut jalan, dia melihat dua anak kecil sedang menjajakan koran. Dan dua orang nenek sedang berjalan, memakai baju usang, memikul buntalan yang nampak lebih besar dari tubuh mereka sendiri. Mereka saling bersenda gurau, melempar canda dan tertawa lebar walau dunia seakan melupakan mereka. Duka? Suka? Apalah artinya dibanding dengan keindahan hidup yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita? Bukankah yang perlu kita lakukan hanyalah menyebarkan harum cintaNya? Dan itu lepas dari kedirian kita sendiri saja. Maka tak guna menyesali segala sesuatu yang telah terjadi karena hari esok masih panjang menantang.....

"Betapa aku terlalu mengasihani diriku sendiri. Aku hanya melihat ke dalam diriku saja tanpa mau mengetahui apa yang dialami orang-orang lain. Aku terlalu egois. Ternyatalah bahwa selama ini aku tidak mengenal diriku sendiri. Bukankah untuk memahami diri sendiri kita harus bercermin pada hidup orang lain juga? Dan jika dia telah pergi meninggalkan aku, toh, bukan aku sendiri saja yang telah mengalami hal ini. Tidak, yang perlu menyesali diri bukan aku, tetapi dia yang telah menolak untuk kuberikan cinta. Aku harus bangkit dan melihat ke luar lagi sekarang...." gumannya pelan. Maka dia pun menghapus air matanya dan melempar seulas senyum ke dunia luar. Kepada anak-anak penjaja Koran itu. Kepada nenek-nenek yang sedang bercengkerama itu. Dan kepada dirinya sendiri juga.

Untuk hidup, sayangku, kita selalu harus mengambil resiko. Dan tidak perlu disesalkan apa yang telah terjadi sebab yang telah terjadi biarlah tenggelam dalam masa lalu. Yang kita butuhkan sekarang adalah memperbaiki diri dari segala kesalahan masa lampau. Mengubah diri kita menuju masa depan yang lebih bermakna. Inilah tugas kita dalam hidup: Belajar dan terus belajar untuk menggapai makna keberadaan kita di dunia ini. Dan jika waktunya tiba kelak, Tuhan akan berkata: "Tidak percuma Aku memberimu hidup. Tidak sia-sia Aku membimbing jalanmu"
 
posted by nyi2 at 10:52 PM | Permalink | 0 comments
Tuesday, September 02, 2003
Kelinci Sakti
Seekor kelinci sedang duduk santai di tepi pantai,
Tiba tiba datang se-ekor rubah jantan besar yang hendak memangsanya,
Lalu kelinci itu berkata:
"Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci,
Yang kalah akan jadi santapan yang menang,
dan saya yakin saya akan menang."

Sang Rubah jantan merasa tertantang," dimanapun jadi,
Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"
Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci,
Sepuluh menit kemudian sang kelinci keluar
sambil menggenggam Setangkai paha rubah
dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai,
Sambil memakai kaca mata hitam dan topi pantai
Tiba tiba datang se-ekor serigala besar yang hendak memangsanya,
Lalu kelinci berkata :
" Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci,
Yang kalah akan jadi santapan yang menang,
dan saya yakin saya akan menang."

Sang serigala merasa tertantang, " dimanapun jadi,
Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"
Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci,
Lima belas menit kemudian sang kelinci keluar
sambil menggenggam Setangkai paha serigala
dan melahapnya dengan nikmat.

Sang kelinci kembali bersantai, Sambil memasang payung pantai
dan merebahkan diri diatas pasir,
Tiba tiba datang seekor beruang besar yang hendak memangsanya,
Lalu kelinci berkata :
" Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci,
Yang kalah akan jadi santapan yang menang,
dan saya yakin saya akan menang."

Sang Beruang merasa tertantang, "dimanapun jadi,
Masa sih kelinci bisa menang melawan aku ?"
Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci,
Tiga puluh menit kemudian sang kelinci keluar
sambil menggenggam Setangkai paha Beruang
dan melahapnya dengan nikmat.

Pohon kelapa melambai lambai,
Lembayung senja sudah tiba, habis sudah waktu bersantai,
Sang Kelinci melongok kedalam lubang kelinci, sambil melambai
"Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan !!"

Keluarlah se-ekor harimau dari lubang itu, sangat besar badannya.
Sambil menguap Harimau berkata " Kerjasama kita sukses hari ini,
kita makan kenyang Dan saya tidak perlu berlari mengejar kencang."

**************************

Morale of the story :

The Winner selalu berfikir mengenai kerja sama, sementara
The Looser selalu berfikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya.

Untuk membentuk ikatan persahabatan dan persaudaraan
harus ada kerendahan hati dan keikhlasan bekerja sama:
(MESKIPUN) DENGAN SESEORANG YANG KELIHATANNYA TIDAK LEBIH BAIK DARI KITA
 
posted by nyi2 at 7:27 PM | Permalink |